About Me

Sabtu, 07 April 2012

makalah peubahan sosial



 : Wiji Nugroho                  Sepuluh ( X )


SMA TENERA,     PT. AGRICINAL ,    PUTRI HIJAU


BENGKULU UTARA


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang bertema   “Perubahan Sosial” ini dengan baik dan lancar sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Adapun maksud pembuatan makalah ini adalah sebagai bentuk kepedulian saya dalam menyikapi budaya konsumerisme yang terjadi di masyarakat akibat perubahan sosial.
Pada kesempatan ini kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pembuatan makalah ini saya juga merasa masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saya mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk dapt memotivasi kami dalm pembuatan makalah yang lebih baik di lain waktu. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Bengkulu, 6 april 2012

Penyusun




PENDAHULUAN

a.Globalisasi Penyebab Perubahan Sosial
Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat memang telah terjadi sejak zaman dahulu. Seiring berjalannya perubahan waktu, sekarang ini perubahan yang terjadi dalam masyarakat berjalan sangat cepat sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya proses prubahan masyarakat beserta dengan kebudayaannya dari hal-hal yang bersifat tradisional ke modern yang sering disebut dengan istilah modernisasi.Serta akibat dari Globalisasi yaitu penyeragaman budaya bagi seluruh masyarakat dunia.
proses globaliasi muncul sebagai akibat adanya arus informasi dan komunikasi yang sering online setiap saat dan dapat di jangkau dengan biaya yang relative murah. sebagai akibatnya adalah masyarakat dunia menjadi satu lingkungan yang seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan dan satu sistem budaya yang sama.
Karena ketidaksiapan manusia-manusia tersebut dalam menghadapi perubahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya menimbulkan adanya problema sosial.
 PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela akan dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem-sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem-sistem sosial yang baru. Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek berikut, yaitu: perubahan pola pikir masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan perubahan budaya materi.

Menurut para ahli, perubahan sosial memiliki definisi sebagai berikut.
Kingsley Davis mengatakan bahwa Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Mac Iver mengatakan bahwa Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
William F. Ogburn mengemukakan bahwa Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
Gillin dan Gillin mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru (inovasi) dalam masyarakat.
Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di dalamnya, nila-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada definisi tersebut terletak pada lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan mana yang kemudian mempengaruhi segi struktur masyarakat lainnya.
Menurut Soekanto (1990), penyebab perubahan sosial dalam suatu masyarakat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor penyebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri antara lain bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk, penemuan baru, pertentangan dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor penyebab dari luar masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Menurut Soerjono Soekanto problema atau masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Problem atau masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses perubahan sosial. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
o Menurut Alvin Betrand: awal dari proses perubahan sosial adalah komunikasi yaitu penyampaian ide, gagasan, nilai, kepercayaan, keyakinan dsb, dari satu pihak ke pihak lainnya sehingga dicapai kata kesepahaman.
o Menurut David Mc Clelland: dorongan untuk perubahan adalah adanya hasrat meraih prestasi ( need for achievement) yang melanda masyarakat
 PROSES PERUBAHAN SOSIAL
Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap berurutan :
1. Invensi, yaitu proses dimana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan;
2. Difusi, yaitu proses dimana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem sosial;
3. Konsekwensi, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunyai akibat. Karena itu perubahan sosial adalah akibat komunikasi sosial.


Perubahan Sosial Di Dusun Banteng Kaliurang Jogjakarta
Dusun Banteng di masa lampau sangat berbeda dengan dusun Banteng di masa sekarang. Kata dusun sudah tidak layak lagi disandang oleh daerah yang terletak di sebelah utara kota Jogjakarta ini. Dusun Banteng yang berada di kilometer ketujuh dari jalan Jogja – Kaliurang ini telah mengalami suatu perubahan yang cepat baik secara sosial, ekonomi, kebudayaan dan fisikal. Dahulu dusun Banteng merupakan sebuah daerah perumahan bagi para pendatang yang bekerja di Jogjakarta. Letaknya yang jauh dari kota membuatnya sebagai daerah yang cukup terpencil dan sepi layaknya dusun – dusun lain yang berada di pinggiran kota. Apalagi setelah pembangunan jalan Ring Road Utara yang semakin memperjelas pemisahan antara kota dengan pinggiran kota. Dusun Banteng sendiri sebenarnya bukan termasuk dalam wilayah pemerintahan Kota Jogjakarta namun masuk dalam wilayah pemeritahan Kabupaten Sleman.
Dusun Banteng merupakan salah satu daerah perumahan yang paling tua di wilayah Jogjakarta. Beberapa tipe rumah terdapat di dusun ini, mulai dari tipe sederhana yang bercirikan rumah pedesaan pada umumnya dan juga tipe menengah kebawah, dan yang terakhir tipe menengah ke atas. Oleh karena lebih banyak dihuni oleh para pendatang maka tak heran jika sekarang hampir sebagian besar perumahan di beberapa wilayah di dusun ini terlihat besar dan tampak mewah sehingga dapat dibedakan rumah – rumah mana yang merupakan tempat tinggal penduduk asli dan pendatang. Rumah penduduk asli biasanya memiliki halaman yang cukup luas dengan rumah kecil yang masih tampak tradisional karena terbuat dari kayu dengan atap genteng yang sederhana. Sedangkan perumahan mewah biasanya dipagari tinggi dengan rumah yang tampak seperti istana dan umumnya bertingkat. Namun di beberapa bagian tampak juga juga rumah – rumah biasa yaitu rumah yang tak tidak bisa digolongkan sebagai rumah mewah maupun rumah yang sederhana. Rumah – rumah ini tidak memiliki halaman yang luas, dan letaknya berhimpitan dengan rumah-rumah lainnya. Di bagian lain daerah ini juga masih tampak lahan-lahan luas yang kosong baik yang terpelihara berupa sawah kebun ataupun tak terpelihara karena pemiliknya menjadikan lahan itu sebagai investasi masa depan.


Seiring dengan perkembangan kota Jogjakarta sendiri yang dikenal sebagai kota pelajar dengan bertumbuhnya puluhan lembaga – lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, daerah di sekitar Dusun Banteng pun mengalami suatu perubahan yang pesat.
Berdirinya Social Generator yaitu Universitas Islam Indonesia di jalan kaliurang kilometer empat belas dan 
dikembangkannya daerah wisata Kaliurang, membuat perkembangan pembangunan kota lebih cenderung mengarah ke Jogjakarta Utara khususnya di jalan Kaliurang. Kedua tempat tersebut menimbulkan daya tarik bagi penduduk untuk datang dan tinggal di daerah yang berdekatan dengan lokasi keduanya seperti prinsip “ada gula ada semut”.
Oleh karena itu tidaklah heran, jika jalan kaliurang setelah ringroad yang dahulu dikenal sebagai jalan yang sepi itu telah dipenuhi oleh berbagai fasilitas publik, berupa pasar, toko-toko, swalayan, apotek dan pusat kesehatan, kantor, lembaga pendidikan dan perumahan-perumahan baru baik sebagai tempat tinggal ataupun tempat kost. Pemandangan lalu lintas kendaraan bermotor pun semakin padat, bahkan pada jam berangkat sekolah dan berangkat kerja yaitu jam delapan dan jam pulang sekolah / kerja jam dua dan jam empat selalu terjadi antrian panjang kendaraan. Begitu juga pada akhir minggu dimana sebagian besar para penduduk kota Jogjakarta mencari hiburan dan rekreasi di daerah wisata Kaliurang.
Dusun Banteng pun menjadi incaran bagi developer perumahan untuk membangun lahan-lahan kosong yang masih tersisa. Sawah – sawah dan kebun mulai berkurang dan digantikan dengan berdirinya perumahan baik yang tergolong mewah maupun menengah. Mulai berdiri pula fasilitas pendukung seperti pasar, wartel, swalayan, salon, warnet, pedagang makanan, pedagang kaki lima di malam hari, dan warung angkringan.
Para investor pun mulai menanamkan modal dengan membeli tanah yang nilainya semakin meningkat setiap tahunnya. Tanah di dusun Banteng yang semula berharga 100 ribu/meter persegi di awal tahun 2000, saat ini telah menjadi 700 ribu/meter persegi. Selain itu para investor juga membangun kost-kost-an dengan banyak kamar, dan juga membangun rumah untuk dikontrakan kepada mahasiswa – mahasiswa yang ingin memiliki kebebasan yang lebih dari pada menyewa kost. Kepadatan pendudukpun bertambah sehingga orang mulai membangun rumah tidak lagi menyisakan ruang dan berhimpitan dengan rumah lainnya. Kepadatan  penduduk itu sendiri merujuk pada jumlah orang yang ada dalam suatu ruang spasial yang semakin lama semakin banyak.


Pembangunan perumahan – perumahan yang tidak lagi menyisakan lahan kosong dan juga penuhnya jalanan dengan kendaraan bermotor menimbulkan suatu efek yang dikenal dengan crowding. Orang akan merasa crowded yaitu suatu pengalaman subjektif dari rasa sesak/sumpek/berjejal dan tidak memiliki ruang yang cukup untuk bergerak. Kepadatan mungkin tidak menyenangkan namun crowding lebih tidak menyenangkan dan bersifat negatif (menimbulkan komplain). (Sears, Peplau, Taylor, 1970)


Menurut Stanley Milgram (1970), kepadatan penduduk juga akan menimbulkan sensory overload atau suatu keadaan dimana dipenuhi oleh banyak stimulus sehingga membuat situasi tidak menyenangkan dan timbulah perasaan crowded.Contohnya suara tetangga sebelah yang sedang bercanda dengan tamunya, di lain pihak terdengar suara tv dan radio dari tetangga lainnya, juga bau masakan dari tetangga depan, suara pengajian dari mesjid, raungan motor – motor yang lewat. Jika saat itu seseorang dalam keadaan tidak mood, stimulus – stimulus itu akan merangsang ketidaknyamanan sehingga dapat memicu emosi – emosi lainnya. Namun ketidaknyaman dari adanya stimulus yang berlebihan ini sangat tergantung dari coping yang dilakukan tiap orang yang bersifat individual differences.
Intensitas dari kepadatan itu sendiri juga sangat mempengaruhi perilaku orang. Semakin dekat seseorang maka efeknya semakin kuat, begitu pula semakin kuat stimulus ataupun semakin banyak stimulus yang ada akan memberikan efek yang kuat pada seseorang untuk memunculkan situasi kenyamanan ataupun ketidaknyamanan. (Jonathan Freedman, 1975)




Kepadatan yang tinggi yang terjadi di dusun Banteng telah menimbulkan beberapa perubahan perilaku pada sebagian besar masyarakatnya. Beberapa diantaranya yang teramati adalah :

1. Kurangnya kontrol dalam berperilaku (Baron & Rodin, 1978). Kepadatan membuat seseorang kurang dapat mengontrol perilakunya Contohnya ngebut-ngebutan di jalan kaliurang yang padat, orang melakukan tindakan ini karena merasa frustasi dan ingin mencari space yang kosong secepatnya.
2. Mulai banyaknya anak-anak muda yang nonkrong di gang-gang di dusun Banteng pada larut malam karena pada saat – saat tersebut situasi ruang sangat longgar dan sepi sehingga mereka mendapatkan space yang luas dibandingkan jika siang hari. Pada akhirnya perilaku ini dapat menimbulkan permasalahan sosial yang lain seperti mabuk-mabukan, perjudian, dan kejahatan.
3. Terjadi salah tingkah dalam pergaulan sosial. Contohnya dahulu mungkin sebagian besar masyarakat akan mengucapkan salam jika bertemu namun sekarang karena terlalu banyak orang, terjadi kebingungan untuk memberikan salam. Dengan kata lain orang merasa capek untuk memberi atau membalas salam karena banyaknya orang. Gejala ini akhirnya akan menumbuhkan sifat individualistis dalam masyarakat.
4. Toleransi terhadap nilai-nilai sosial. Banyaknya pendatang dengan membawa kebudayaan masing-masing membuat tiap orang melakukan asimilasi dan konformitas sehingga terjadilah percampuran kebudayaan yang pada akhirnya menumbuhkan rasa toleransi yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Contohnya pulang larut malam dianggap biasa, perempuan yang dikunjungi oleh laki-laki juga dianggap biasa.
5. Individualistis dan penarikan diri dari masyarakat.Kepadatan membuat orang mencari space yang kosong dan akhirnya tumbuhlah sifat individualis dan juga orang cenderung menarik diri dari kegiatan – kegiatan dalam masyarakat seperti rapat RT yang hanya dihadiri sebagian saja penduduk kampung. Berkurangnya komitmen terhadap kelompok masyarakat yang lebih luas, meskipun dalam kelompok yang lebih kecil terjadi sebaliknya. Seperti yang terjadi pada sebagian besar orang – orang yang tinggal di kota. (Gibbs, 1971)
6. Munculnya prasangka terhadap orang lain. Oleh karena sifat individualistis dan penarikan diri tersebut sehingga komunikasi tidak terjadi dengan baik yang mengakibatkan orang cenderung memberikan persepsi yang buruk dalam rupa prasangka-prasangka.
FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN
Faktor pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya perubahan. Menurut Soerjono Soekanto ada sembilan faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial, yaitu:

1. Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.
Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan hasil perpaduannya. Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan dan tentu akan memperkaya kebudayaan yang ada.
2. Sistem pendidikan formal yang maju.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat kemajuan sebuah masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah perubahan atau tidak.
3. Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.
Sebuah hasil karya bisa memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya. Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri
4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.


5. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
6. Penduduk yang heterogen.
Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan sosial.
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu
Rasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan revolusi untuk mengubahnya.
8. Orientasi ke masa depan
Kondisi yang senantiasa berubah merangsang orang mengikuti dan menyesusikan dengan perubahan. Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
9. Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup.
Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan.
KESIMPULAN
Dengan demikian jelas bahwa perubahan sosial yang terjadi pada Dusun Banteng membawa berbagai dampak baik positif yaitu pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri dan juga perubahan yang membawa dampak negatif yaitu berubahnya sistem nilai dan juga perilaku masyarakat yang cenderung kurang kontrol yang merupakan penyaluran dari rasa ketidaknyamanan. Hal tersebut juga menjadi sumber potensi munculnya berbagai permasalahan sosial lainnya seperti tindak kriminal, asusila, dan perilaku – perilaku lainnya yang dianggap menyimpang oleh masyarakat pada umumnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Globalisasi penyebab perubahan social
Pengertian perubahan social
Pengertian perubahan social menurut beberapa ahli
Proses perubahan social
Perubahan social di dusun Banteng Kaliurang Yogyakarta
Perubahan perilaku masyarakat
Factor pendorong perubahan
Kesimulan

DAFTAR PUSTAKA





0 komentar:

Entri Populer

Popular Posts

Pengikut

Visitor

 
Copyright© 2011 kabar_angin | Template Blogger Designer by : Kabar_Angin; |
Template Name by Wiji N | Editored